Menggali Potensi Diri (Menurut Penulis)


Pada pertemuan kali ini saya akan sedikit banyak membahas tentang menggali potensi diri saya. Mungkin bisa dibilang ini sekaligus curhat (curahan hati) pribadi.
Setiap manusia pada dasarnya terlahir dengan potensinya masing-masing, namun banyak yang belum bisa memanfaatkan potensinya secara maksimal salah satunya saya sendiri.
            Pertama, kenali diri sendiri. Saya bisa dibilang terlahir dengan darah seni; dari Ibu yang menyukai seni rupa, dan dari Ayah yang menyukai seni musik. Potensi saya pun muncul dari keduanya, saya suka menggambar dan bernyanyi (namun tidak bisa bermain alat musik). Sayang kedua orangtua saya tidak menjadikan potensi mereka sebagai profesi sehingga anak-anaknya sendiri lah yang harus mengasah potensinya di luar lingkungan rumah.
            Saya dengan bangga menyebut diri saya introvert, meskipun saya tidak bangga kalau saya masih kesulitan berbicara di umur saya yang hampir 22 tahun, baik di depan umum ataupun bertanya kepada orang dan saya masih berjuang mengatasi kesulitan ini. Karena sifat pemalu & pendiam saya, saya cenderung enggan berkenalan dengan orang asing dan menunggu orang asing tersebut yang berkenalan dengan saya, dan sifat pemalu & pendiam inilah yang membuat saya lebih menjadi orang yang memerhatikan. Saya juga tidak terlalu terbuka dengan orang baru karena takut hal-hal yang dirahasiakan akan diberitahukan ke orang lain dan itu menyakiti hati saya.
            Orangtua saya mengajarkan saya dan kakak adik saya untuk hidup berkecukupan dan mandiri, meskipun waktu saya SD memiliki Asisten Rumah Tangga (ART), saya tetap harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, dan disuruh membawa bekal dan tidak diberi uang jajan agar tidak boros.
            Waktu saya SD, saya pernah berjalan kaki dari sekolah ke rumah sejauh 5 km karena ongkos angkot saya dibawa adik saya -yang umurnya beda setahun dengan saya- pergi bermain ke rumah temannya sepulang sekolah. Adik saya kebetulan pulang cepat dan dia sempat pamit singkat ke kelas saya namun saya tidak memahami dia ingin kemana karena di kelas saya masih ada guru yg mengajar. Saya berjalan dengan sisa air hanya seujung jari, namun saya berjalan dengan cuek dan tidak memikirkan haus. Sesampainya di rumah saya menceritakan hal ini ke Ibu dan dia pun kasihan terhadap saya. Dan karena adik saya semakin sore tidak pulang juga, Ibu meminta ART untuk menjemput adik saya di sekolah dan sesampainya di rumah ia dinasehati Ibu di rumah.
            Kedua, tentukan tujuan hidup. Saya kesulitan menentukan tujuan hidup saya sampai saya memasukin bangku universitas. Saya memutuskan untuk menjadi desainer/ilustrator karena ketika saya mengikuti BEM, saya merasa kurang berguna oleh karena itu saya belajar desain di software desain dan saya menyukainya meskipun lama-kelamaan bakat saya bertolakbelakang dengan jurusan yang saya ambil yaitu Teknik Informatika dan saya agak menyesal karena seharusnya saya kuliah desain. Saya ingin jujur dari awal ke orangtua namun takut dimarahi sampai akhirnya saya berani jujur di tingkat 4 saat mereka menanyakan pekerjaan yang akan saya ambil setelah lulus. Mereka agak kecewa namun itulah pilihan saya dan mereka tidak memaksakan.
            Saya juga mengikuti paduan suara, pertama di Swara Darmagita selama setahun. Dalam setahun itu saya mendapatkan banyak pengalaman berharga dan mengikuti perlombaan National Folklore Festival di Universitas Indonesia dan bernyanyi di berbagai kesempatan. Saya mantap mengikuti paduan suara karena saat SMA teman saya mengatakan suara saya lumayan bagus meskipun saya tidak berpikir demikian, namun cukup memotivasi saya untuk mengikuti lomba bernyanyi saat kelas 12. Di lomba itulah saya pertama kali bernyanyi di depan umum. Meskipun tidak menang saya mengambil pengalaman dari situ.
            Kemudian saya ikut paduan suara kedua yaitu Gita Tunggal Crescendo (GTC) selama 3 tahun, saya masuk tidak lama setelah saya keluar dari Swara Darmagita. Di GTC saya mendapat banyak teman dan pengalaman berharga juga seperti perform di acara mall, lomba paduan suara dan 3 konser tunggal paduan suara.
            Saya menjadikan bernyanyi sebagai sekadar hobi karena saya sadar suara saya yang pas-pasan namun setidaknya tidak sumbang nada, dan memilih menggambar sebagai sesuatu yang cocok bagi introvert seperti saya karena menggambar biasanya diam, tidak pecicilan ke sana kemari.
            Saya mulai menggambar lagi Oktober 2016 setelah semenjak masuk kuliah saya jarang sekali melakukannya. Berkat teknologi sosial media, saya belajar menggambar melalui akun-akun ilustrator kawakan di Instagram, dan menjadikan mereka idola saya. Idola atau panutan menurut saya penting dalam mengasah potensi diri karena kita ingin bisa menyamakan kemampuan idola kita atau melewatinya.
            Berkat teknologi social media juga saya mengikuti acara yang saya sangat sukai, Sketsa Pulang Kerja, yaitu komunitas menggambar bersama setiap Rabu mulai pukul 19.00 WIB. Di sana saya bertemu idola yang sebelumnya saya hanya bisa melihat di Instagram. Saya juga mendapat teman-teman baru dengan hobi yang sama namun dengan background yang bermacam-macam. Dari sini juga saya belajar untuk lebih percaya diri karena bakat akan berkembang dan menjadi lebih baik.
            Yang terakhir adalah bertanyalah ke orang terdekatmu. Saya menyadari kalau potensi tidak hanya disadari oleh diri sendiri namun orang lain juga yang memerhatikan saya.
            Orangtua saya selalu memberikan support, baik itu moril ataupul materiil. Misalnya dana untuk membeli alat gambar ataupun sekadar ongkos untuk pergi ke tempat latihan paduan suara. Teman-teman saya juga selalu memberikan kritik dan saran mengenai hasil gambar saya, ataupun bagaimana suara saya dalam menyanyikan sebuah lagu.
            Menurut saya ketiga hal di atas yang saya pegang dalam menggali potensi diri sendiri. Meskipun sifat asli saya masih pemalu, namun saya mencoba membuka diri agar menerima ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya. Peran orangtua dan teman-teman saya sangat penting dalam memotivasi dan memberikan percaya diri agar saya terus belajar. Meskipun kemampuan saya masih jauh dari yang saya inginkan untuk menjadi ilustrator/desainer professional, saya sudah mengetahui bakat dan potensi apa yang saya miliki. 

Comments

Popular posts from this blog

Penerapan Komputasi Modern pada Situs Web Shopee

Web Science

Hubungan antara Komputasi Modern dengan Parallel Processing